12 Februari 2009

Event Three:

(building new event)



Hidup hanya sekali,
Kawinpun hanya sekali, dan
Matipun hanya sekali..



Perjalanan hidup manusia hanyalah mengikuti nurani dan naluri yang menyertainya dalam pilihan-pilihan dan ruang-ruang kesadarannya. Hidup adalah pemberian, life is given, diberi untuk dinikmati jangan disesalkan. Seperti halnya dirimu, kaulah pemberian Tuhan yang maha sempurna. Sebuah pemberian yang tak dapat dinilai dengan angka dan kata. Hanya syukur yang patut dikumandangkan, dilantunkan bersama deburan ombak, sayatan malam, kehangatan matahari.

Anugerah terindah tak patut diingkari. Pengingkaran terhadapnya merupakan sebagian dari kesombongan manusia yang mencoba menilai pemberian Tuhan dengan harga eksistensinya yang naif. Tuhan telah memilihkannya seorang bidadari yang berbudi luhur, berparas cantik, bertindak etis, mengapa saja masih diragukan dia untuk hidupmu yang panjang? Bukankah tiada pemberian yang sangat bernilai jika kita mampu menerima pemberian itu dengan hati dan pikiran yang lapang. Penuh kearifan dan kejumawaan. Tidakkah masih kurang untukmu, seorang dengan kepribadian dan paras yang cantik dan istimewa tak pernah lahir dua kali di dunia ini. Kelahirannya tercipta seratus tahun sekali, layaknya seorang mujaddid yang diharap kehadirannya untuk menata dunia ini dengan kesempurnaan ajaran dan kemaslahatan bagi umat. Perempuan seperti itu adalah seorang mujaddid juga, dialah yang akan membawa kedamaian, perubahan besar, dan kemaslahan bagi suaminya. Dialah seperti yang disabda Tuhan dengan perempuan sholihah sebagai hiasan terbaik dunia ini.

Aku tak dapat membayangkan, bila keseimbangan kosmos ini akan kehilangan perempuan di sisi lelaki. Lelaki hanyalah satu bagian karakter jalal dari perempuan yang berdimensi jamil. Dunia tertata dengan keseimbangan sempurna jalal dan jamil, langit-bumi, baik-jahat, barat-timur dan begitu seterusnya. Tak ada yang tanpa berpasang pasangan, semuanya telah dicipta sedemikian sempurnya tiada yang dapat menandingi-Nya. Kita hanyalah sebutir debu dari kekuasan-Nya yang tak terbatas. Jika demikian masihkah kita menunda syukur ini?

Syukurku terus mengalun disela-sela waktu dan keterjagaanku. Tak henti-hentinya mulutku bergetar untuk memintakan rahmat dan berkah-Nya untuk dirimu yang telah melebur dalam diriku:

Aku terjaga dalam diam
Aku merenung dalam sunyi
Aku terpejam dalam hening
Aku tenggelam dalam diri

Tak ada diam yang diam
Tak ada sunyi yang sunyi
Tak ada hening yang hening
Tak ada diri dalam diri



Kesatuan wujudku dengan waktu, dengan ruang tak menyisakan lagi perenungan, tak membiarkan lagi satu titik kekosongan. Dirimu telah menempati ruang dan waktuku bersama-Nya.

Sungguh… pengalaman ini tak dapat lagi dipercaya oleh siapapun. Seperti ketika pertama kali Nabi menceritakan Isra’ dan Mi’rajnya bagi bangsa Arab. Tak ada yang dapat menyakininya. Cerita itu dianggapnya hanya bualan Muhammad saja untuk mengatakan alam metafisis yang sedemikian dahsyatnya hingga mengalahkan kekuatan Latta dan Uzza. Pengalamanku tak ingin aku perbandingkan dengan Isra’ dan Mi’raj Nabi yang kuat dimensi spritualitasnya. Pengalamanku hanya pengalaman ekstase diri yang melebur dalam kesadaran eksistensi ke-aku-an untuk pengakuan akan cinta yang tak meluangkan lagi kebencian. Cinta telah menjadi suatu dzat tanpa warna. Ia dapat melebur dengan warna apapun, ia dapat bergaul dengan golongan manapun, dan ia dapat dijamah oleh siapapun. Demikianlah cinta dalam kebersamaan dan kebermaknaanku. Dia begitu agung dan suci, seperti keagungan-Nya dan kesucian cintamu padaku.

Dengan makna cinta ini seperti inilah aku ingin membangun peristiwa demi peristiwa di hari ini dan masa depan. Aku ingin peradaban ini menjadi peradaban yang damai dan menyejukkan. Tak ada lagi cinta yang membuat korban. Tak ada lagi pengorbanan yang menyisakan setumpuk balas dendam dan sakit hati. Cinta adalah suatu yang suci, jagalah kesuciannya agar tak menjadi petaka dan angkara murka bagi siapa saja yang memuja cinta sebagai kekuatan abadi kedamaian ini.

1 komentar:

  1. YaAllah, kapan hamba bisa menggapai cinta-Mu? sementara hambamu ini hanya mampu mengeluh tanpa syukur. Dalam sujud hanya meminta bukan bersyukur.

    Tulisannya telah memberi inspirasi, menggugah imajinasi, menyadarkan diri tentang keagungan ilahi.
    Dari itu, ajari aku berbakti agar ilahi bisa mengasihani.

    Thanks u very much.

    BalasHapus